Bhisama Keenam "Tata Cara Pediksan Sira Mpu Pande". Bhisama ini mengenai tata cara pediksan warga Pande menjadi sulinggih yang kemudian bergelar Sira Mpu Pande. Diawali dengan cerita Brahmana Dwala berkeinginan menjadi sulinggih, seperti terungkap dalam banyak babad Pande.
"Ganti gumanti ikang kala, hana hyun ira sang Brahmana Dwala madwijati. Rinasa-nasa ring ati tan ana pinaka gurun ira. Irika Brahmana Dwala masamadi masamahita, ngastuti Bhagawan Pandya Bumi Sakti, sang sampun mur ring acintya, minta anugraha. Ring sampun lam winang ing Bhatara kawitan ira, makarya ira arca linggan Bhagawan Pandya Bumi Sakti, katekeng pralinggan strin ira Dyah Amertatma, putrin ira sang Buda. Kalinggihang ring sajeroning padmasana. Irika sang Brahmana Dwala mamujastawa, minta nugraha madwijati saha widi widana."
Terjemahan:
Jaman silih berganti, setelah dewasa timbulah niat Brahmana Dwala madwijati. Rasanya tidak ada yang patut dipakai sebagai guru nabenya. Kemudian Brahmana Dwala melakukan samadhi, memuja kakeknya Bhagawan Pandya Bumi Sakti, yang telah meninggal dunia. Setelah samadhinya berhasil, lalu Brahmana Dwala membuat patung kakeknya dan neneknya Dyah Amertatma putri dari Brahamana Budha. Kedua patung itu di stana di Padmasana, kemudian dipuja dimintakan anugrah dwijati dan upacara perkawinannya.
Demikianlah dasar tata cara pediksaan Warga Pande. Sumber warga pande.
Brahmana Dwala medwijati dengan membuat dan menyembah patung kakek dan neneknya yang telah almarhum, setelah jamannya Brahmana Dwala wafat, seperti apakah caranya warga Pande melaksanakan pediksan untuk bisa menjadi sulinggih?
BalasHapus