Setelah celotehan mimin terdahulu tentang "Pande Di Zaman Modern", kali ini mimin akan membahas tentang warga Pande yang mengisi nama PANDE di depan nama anaknya. Wajib gak sieh? Malu ah isi-isi begituan. Kadena paling kénkéna nyen.
Yapz..! Sering dong pastinya bagi warga Pande yang baru punya anak, berdebat dengan suami/istri atau bahkan orangtuanya terkait pengisian nama Pande di depan nama anak. Apalagi anak perempuan. Ah nyanan kejuang ka lén wangsa, masak nu madan Pandé? Da ja misi kéto-kétoan.
Betul begitu gak..???
Bagi mimin, mengisi identitas Pandé pada nama anak itu penting, selain nama identitas kita sebagai orang Bali. Tidak peduli anak kita laki-laki ataupun perempuan. Sama saja. Maksudnya menambah identitas itu seperti contoh berikut :
- I Putu Pande Bayu
- Ni Luh Pande Devi
- Pande Wayan Bramantya
- Pande Kadek Sifayanthi
- I Putu Raditya Pande
- Ni Ketut Suci Pande
Identitas nama Pande itu mau ditaruh di depan, di tengah, maupun di belakang asik-asik aja. Tetap enak didengar, mencirikan kita bangga sebagai warih (keturunan) Sira Pande. Menjadi identitas penyatu kita sebagai warga Pande. Dengan demikian kita tidak akan susah untuk menjalankan bhisama Warga Pande yang pertama. Di mana dikatakan, kita warga Pande adalah saudara, paling jauh saudara sepupu dua kali.
Dengan adanya nama identitas Pande ini, seandainya ada salah satu dari kita yang menjadi orang sukses, penemu, pejabat, artist, pengusaha, dan yang lainnya, ketika kita tau bahwa orang itu namanya ada kata Pande, tanpa sadar kita yang hanya menonton dan mendengar pun ikut bangga.
Trus anak perempuan yang nanti kemungkinan besar akan menikah ke luar wangsa bagaimana? Ya kalau dia menikah sesama orang Pande, enak jadinya. Anut adung. Panes matemu panes dadi tis.
Tapi kalau keluar wangsa ini? Tentunya kita gak usah terlalu keras dengan hal tersebut. Justru dengan masih melekat nama Pande itu pada anak, maka nantinya itu akan menjadi histori/sejarah bibiografi dari sang ibu di keluarga barunya. Keturunannya pun akan tau bahwa di dalam tubuhnya mengalir darah Pande.
Tapi maaf lagi, ada kasus lagi ini, gara-gara kata Pande pada nama seorang perempuan, takutnya akan banyak laki-laki yang takut menikah dengan orang Pande. Panes lah, benyah lah, kebuutan lah, dan sebagainya. Jadi warga Pande malah dianggap menjadi penyakit di wangsa lain. Walaupun yang mereka sampaikan belum tentu benar karena hanya mengenal mitos saja.
So, masih takut ngisi nama anak kamu dengaa nama Pande?? Tentukan pilihanmu sekarang. (Pkj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, asal yang positif dan membangun! Terima kasih ^_^ Sampunang ngraos kasar-kasar ring komentar ngih. Suksma.