teks berjalan

Om Swastyastu, Selamat Hari Suci galungan dan Kuningan. Selamat datang di Blog Pande Tamanbali, segala informasi tentang Warga Pande Tamanbali ada di sini, mari berbagi bersama tentang sesana ke-Pande-an, jaga selalu persaudaraan kita agar menjadi suri tauladan, ingat selalu menjalankan bhisama dan terima kasih telah berkunjung. Om Santih, Santih, santih
Tampilkan postingan dengan label Tentang Pande. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Pande. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Januari 2016

Memberi Nama Anak Dengan Identitas Pande

Setelah celotehan mimin terdahulu tentang "Pande Di Zaman Modern", kali ini mimin akan membahas tentang warga Pande yang mengisi nama PANDE di depan nama anaknya. Wajib gak sieh? Malu ah isi-isi begituan. Kadena paling kénkéna nyen.
Yapz..! Sering dong pastinya bagi warga Pande yang baru punya anak, berdebat dengan suami/istri atau bahkan orangtuanya terkait pengisian nama Pande di depan nama anak. Apalagi anak perempuan. Ah nyanan kejuang ka lén wangsa, masak nu madan Pandé? Da ja misi kéto-kétoan.
Betul begitu gak..???

Rabu, 13 Januari 2016

Pande Di Zaman Modern

Om Swastyastu, selamat datang di portal warga Pande Tamanbali. Hari ini mimin akan sedikit bercerita tentang "kita". Kita yang mimin maksud tiada lain adalah Warga Pande. Siapa sieh kita? Bener gak kita seorang Pande Tulen? Apa/bagaimana sieh posisi kita di masyarakat di zaman modern ini? Masih kah kita seorang Pande?
Kayaknya kalau ini dibahas dengan literatur biar agak ilmiah bagus ya? Hemm.. tapi apalah artinya literatur kalau ini bukanlah karya ilmiah. Toh ini hanya celotehan mimin melihat posisi kita, warga Pande di zaman ini. Hanya sebuah shareing pendapat, dan semoga para pengunjung/pelawat dunia maya bisa memaklumi tanpa nantinya menuntut literatur atau sumber pasti. Dan seandainya ada yang tergelitik untuk urun rembug, jangan lupa nanti komen ajah.

Minggu, 09 Agustus 2015

Manyama Besik

Kita tau siapa diri kita. Kita adalah warih Pandé, kita adalah penerus tongkat estafet keturunan Warga Pandé. Apa yang membuat kita ragu mengaku bahwa kita warih Pandé? Kenapa masih ada yang malu mengaku dirinya Pandé?!  Atau bahkan malu mencantumkan nama Pandé pada namanya dan nama anak-anaknya??

"Nunas antuk linggih?"

"Tiang kawula!"

Pandé ngaku kawula? Kenapa tidak spesifik mengaku, "Tiang Pandé!" Itu akan menjadi lebih kerén didengar dari pada mengatakan "tiang kawula". Terlihat kita bangga dengan warih Pandé yang diturunkan ke darah kita.

Pentingkah dengan kebanggan itu? Ya, penting! Karena apa? Karena di mana pun kamu berada tidak akan pernah sendiri. Di rauntauan, di pedesaan, di kota, di manapun! Karena di mana-mana ada warih Pandé. Dan perlu kita ingat bhisama Warga Pandé yang pertama, Warga Pandé adalah satu. Kita bersaudara, dan paling jauh hanya sampai sepupu dua kali. Warga Pandé sangat memegang teguh perinsip/bhisama ini. Jadi dengan kebanggan kita menggunakan nama Pandé, mengaku diri Pandé, kita tidak sendiri! Akan banyak saudaramu yang akan membantu, karena kita yakin dan tau, Pandé Manyama Besik.

Admin tidak jauh mencarikan contoh, karena admin merasakan sendiri, berkat nama Pandé, di tanah Celebes langsung punya banyak saudara. Dan berkat bantuan nyama Pandé di rantau, admin bisa menjalani kehidupan berupakara layak saudara Hindu di Bali. Jadi buat saudaraku Pandé yang masih malu-malu, perlihatkanlah dirimu..!!! Katakan "Tiang Nak Pandé!!!"

Jumat, 06 Desember 2013

Pande Itu Panas??

"Tu, yen ngalih kurenan da pesan nyuang nak luh Pande! Pande to nak panes. Nyanan kepanesan bana ibane makluarga, yen dadi ben da nyuang nak Pande"

Pernah mendengar orang tua (non Pande) bernasehat seperti itu pada anak lakinya? Agar tidak mengambil istri dari warga Pande. Karena sering terbukti keluarganya kepanesan. Tidak rukun berkeluarga, sering cekcok, atau kesakitan! Yaa.. Model seperti itulah..!? 

Minggu, 22 September 2013

SOROH PANDE

Pande , soroh dari seseorang yang dahulu leluhurnya mempunyai propesi sebagai ”memande” apakah memande itu membuat alat dari logam berupa perunggu ( gong, alat-alat keagamaan dan lain-lain), berupa besi ( cangkul pisau tombak keris dan lain-lain), berupa emas perak ( perhiasan, alat-alat keagamaan dan lain-lain) semua dapat digolongkan dalam istilah anggtandring dan angaluh. Memande adalah suatu pekerjaan yang hasilnya sangat diperlukan oleh seluluh lapisan masyarakat. Memande dan berdagang memang sudah digeluti oleh para pande sejak dahulu (wawancara,28 maret 2011).

Dasarnya warga pande tinggal disuatu tempat degan berkelompok. Tetapi begitu ditempat baru ( Desa yang membutuhkannya) mereka memecah diri untuk mengisi pande ditempat beru tersebut tetapi ikatan kekerabatan/leluhur menyatukan kembali mereka dalam adat keagamaan terutama pada hari raya tumpek landep.

Pande Yang Ada Di Nusantara

Selasa, 06 Agustus 2013

Warga Pande Wajib Maudeng Barak?

Om Swastyastu, Salam Pambers (Pandé Bersatu). 

***

"Nak Pandé gus?"

"Ngih tiang nak Pandé..! Wénten napi pak?"

"Tiang nak Pandé masih! Saja nak Pandé to yen maturan ka Pura arus nganggon udeng barak gus?" 

"Sira ngorang kénten pak?," sambil tersenyum.

"Kéto maan tiang orina jak timpalé! To di facebook group Pandé masih pepes tepuk ada pistingan yen saja koné nak Pandé wajib ngango udeng barak pinaka kebanggaan iraga nak Pandé, koné!"

---------------------------

Sabtu, 19 Januari 2013

Dewa Brahma dan Warga pande

Dewa Brahma
Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: ब्रह्मा; IAST: Brahmā) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita (wikipedia).

Dewa Brahma = Sebutan Tuhan yang Berfungsi sebagai pencipta. Saktinya/Istrinya =Dewi Saraswati = Perlambang Ilmu Pengetahuan. Artinya jika manusia ingin mencipta, maka ia harus memiliki ilmu pengetahuan. Pengetahuan adalah syarat pokok bagi penciptaan. Tanpa ilmu pengetahuan tidak ada penciptaan. Itu sebabnya orang-orang di negara Barat memliki daya cita yang tinggi karena mereka mempunyai ilmu pengetahuan. Menurut Chandogya Upanisad, tanpa penciptaan tidak ada kemajuan dan tanpa kemajuan tidak ada kebahagiaan. Sekemanya adalah sebagai berikut : Ilmu pengetahun-Penciptaan-Kemajuan-Kebahagiaan.