teks berjalan

Om Swastyastu, Selamat Hari Suci galungan dan Kuningan. Selamat datang di Blog Pande Tamanbali, segala informasi tentang Warga Pande Tamanbali ada di sini, mari berbagi bersama tentang sesana ke-Pande-an, jaga selalu persaudaraan kita agar menjadi suri tauladan, ingat selalu menjalankan bhisama dan terima kasih telah berkunjung. Om Santih, Santih, santih

Minggu, 22 September 2013

SOROH PANDE

Pande , soroh dari seseorang yang dahulu leluhurnya mempunyai propesi sebagai ”memande” apakah memande itu membuat alat dari logam berupa perunggu ( gong, alat-alat keagamaan dan lain-lain), berupa besi ( cangkul pisau tombak keris dan lain-lain), berupa emas perak ( perhiasan, alat-alat keagamaan dan lain-lain) semua dapat digolongkan dalam istilah anggtandring dan angaluh. Memande adalah suatu pekerjaan yang hasilnya sangat diperlukan oleh seluluh lapisan masyarakat. Memande dan berdagang memang sudah digeluti oleh para pande sejak dahulu (wawancara,28 maret 2011).

Dasarnya warga pande tinggal disuatu tempat degan berkelompok. Tetapi begitu ditempat baru ( Desa yang membutuhkannya) mereka memecah diri untuk mengisi pande ditempat beru tersebut tetapi ikatan kekerabatan/leluhur menyatukan kembali mereka dalam adat keagamaan terutama pada hari raya tumpek landep.

Pande Yang Ada Di Nusantara

Selasa, 06 Agustus 2013

Warga Pande Wajib Maudeng Barak?

Om Swastyastu, Salam Pambers (Pandé Bersatu). 

***

"Nak Pandé gus?"

"Ngih tiang nak Pandé..! Wénten napi pak?"

"Tiang nak Pandé masih! Saja nak Pandé to yen maturan ka Pura arus nganggon udeng barak gus?" 

"Sira ngorang kénten pak?," sambil tersenyum.

"Kéto maan tiang orina jak timpalé! To di facebook group Pandé masih pepes tepuk ada pistingan yen saja koné nak Pandé wajib ngango udeng barak pinaka kebanggaan iraga nak Pandé, koné!"

---------------------------

Sabtu, 19 Januari 2013

Dewa Brahma dan Warga pande

Dewa Brahma
Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: ब्रह्मा; IAST: Brahmā) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita (wikipedia).

Dewa Brahma = Sebutan Tuhan yang Berfungsi sebagai pencipta. Saktinya/Istrinya =Dewi Saraswati = Perlambang Ilmu Pengetahuan. Artinya jika manusia ingin mencipta, maka ia harus memiliki ilmu pengetahuan. Pengetahuan adalah syarat pokok bagi penciptaan. Tanpa ilmu pengetahuan tidak ada penciptaan. Itu sebabnya orang-orang di negara Barat memliki daya cita yang tinggi karena mereka mempunyai ilmu pengetahuan. Menurut Chandogya Upanisad, tanpa penciptaan tidak ada kemajuan dan tanpa kemajuan tidak ada kebahagiaan. Sekemanya adalah sebagai berikut : Ilmu pengetahun-Penciptaan-Kemajuan-Kebahagiaan.

Rabu, 05 Desember 2012

Prasasti Pande Kamasan (Tentang Pura Pande di Batur)


Bhisama Sira Mpu Galuh (Prasati Pande Kamasan) tentang pendirian Pura Pande di Batur dan kewajiban warga Pande untuk melakukan pemujaan di sana. Berikut seperti yang tertuang dalam Prasasti Pande Kamasan.
"Mwang panganugrahan Sira ngawe Pura Batur, panyungsungan Sira Mpu Pande, mwang pratisentanan sira Pande kabeh. Nging yan hana satereh sira Pande tan eling mwang lipya nyungsung Batur Kapandeyan, wastu ya kabeh kadi ling prasasti iki:

Lungsur kagunania, cendek tuwuh, salah krama, bingung, irsya asanak, tan surud kawigunan. 

Mangkane sosote sira Pande katekeng pratisentanta wekasan, aywa lupa pwa kita ajanma maring Bali pulina, anyuwita ring Sira Mpu Pande, apan sira ngardi Bhawaning Dewa, mwang manusa.

Terjemahan :

Kemudian Beliau mengijinkan untuk mendirikan Pura Batur, sebagai tempat pemujaan Sira Mpu Pande dan seluruh keturunan warga Pande. Namun apabila ada keturunan sira Pande tidak ingat dan lalai menyungung Pura Batur Kapandeyan ini, akan menyebabkan seperti tertulis dalam prasasti ini :
Hilang semua keahlian memande, umur pendek, berubah menjadi jahat, bingung, iri hati terhadap saudara, menurun kualitas hidupnya.
Demikianlah harapan sira Mpu terhadap seluruh warga Pande beserta keturunannya kelak, janganlah lupa menjadi manusia di Bali, mengabdilah pada sira Mpu, karena Sira Mpu Pande yang menciptakan kewibawaan Dewa dan manusia.

Sumber warga pande.

Tata Cara Pediksan Sira Mpu Pande

Bhisama Keenam "Tata Cara Pediksan Sira Mpu Pande". Bhisama ini mengenai tata cara pediksan warga Pande menjadi sulinggih yang kemudian bergelar Sira Mpu Pande. Diawali dengan cerita Brahmana Dwala berkeinginan menjadi sulinggih, seperti terungkap dalam banyak babad Pande. 
"Ganti gumanti ikang kala, hana hyun ira sang Brahmana Dwala madwijati. Rinasa-nasa ring ati tan ana pinaka gurun ira. Irika Brahmana Dwala masamadi masamahita, ngastuti Bhagawan Pandya Bumi Sakti, sang sampun mur ring acintya, minta anugraha. Ring sampun lam winang ing Bhatara kawitan ira, makarya ira arca linggan Bhagawan Pandya Bumi Sakti, katekeng pralinggan strin ira Dyah Amertatma, putrin ira sang Buda. Kalinggihang ring sajeroning padmasana. Irika sang Brahmana Dwala mamujastawa, minta nugraha madwijati saha widi widana."  

Selasa, 04 Desember 2012

Pasemetonan (Persaudaraan) Warga Pande

Bicara masalah pasemetonan Warga Pande, kita akan merujuk pada bhisama kelima, bhisama yang disampaikan Mpu Siwa Saguna Kepada Brahmna Dwala, di Pura Bukit Indrakila, sebagai berikut: "
"Mangkana kengeta, aja lali wruhakena wwang sanakta kabeh. Kita sadaya ajwa lupa ring kajaten, duk ring Yambhu dwipa turun ka Yawa dwipa, tan len Sira Mpu Brahma Wisesa kawitan sira Pande kang ana wayeng Bali-pulina. Kita mangke asanak ring Pande kabeh. Aywa ngucap ming telu, sadohe ming ro. Tan ana sor tan ana luhur, tunggal pwa witnis nguni, kadi anggan ing pang ning kayu-kayu mara jatin ira. Ana awah ana juga tan pawah. Kalingania mangkana juga kita asanak, tan dai angadol kadang. Aja amumpang laku, aywa arok ring wwang hina-laksana". 

Warga Pande Dilarang Menggunakan Tirtha Sulinggih Lain?

Larangan memakai tirtha sulinggih lainnya adalahh bhisama keempat, adalah bhisama Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala mengenai larangan menggunakan tirtha dari sulinggih lainnya. Larangan ini sama sekali bukan didasari oleh niat merendahkan atau melecehkan sulinggih dari keturunan yang lain (bukan warga Pande). Tetapi menyangkut beberapa hal prinsip yang harus dipahami oleh warga Pande. Warga Pande sangat menghormati dan memuliakan setiap sulinggih dari warga/soroh apapun beliau berasal. Bhisama itu berbunyi: 
"yan kita angupakara sawa, aywa kita weh aminta tirtha ring brahmana panditha. Ngong anugraha kita riwekas, samangda kita tan kanarakan".
Terjemahan :
Kalau engkau mengupacarai mayat, jangan meminta tirtha dari brahmana Pandita, aku peringatkan engkau agar engkau tidak sengsara di kemudian hari.
Selanjutnya; 

Dadia Pande Di Kabupaten Bangli

Sameton Pande di mana pun berada, pada kesempatan kali ini kami ingin sharing tentang keberadaan Warga Pande di Kabupaten Bangli. Di mana saja ada Dadia Pande di Bangli? 


Berikut adalah dadia Pande di Bangli:
  1. Dadia Pande Di Tamanbali. 
  2. Dadia Pande Di Banjar Pule (Kota Bangli).
  3. Dadia Pande Di Banjar Pande (Kota Bangli).
  4. Dadia Pande Di Banjar Kawan (Kota Bangli).
  5. Dadia Pande Di Abuan, Susut.
  6. Dadia Pande Di Serokadan, Susut.
  7. Dadia Pande Di Sidembunut.
  8. Dadia Pande Di Manuk, Susut.
  9. Dadia Pande Di Tembuku.
  10. Dadia Pande Di Blantih, Kintamani.
  11. Dadia Pande Di Abang Suter, Kintamani.
  12. Dadia Pande Di Satra, Kintamani.
  13. Dadia Pande Di Abang Songan.
  14. Dadia Pande Dalem Balingkang, Kintamani.
Itulah beberapa Dadia Pande yang ada di Kabupaten Bangli, dan masih banyak lagi dadia Pande kecil yang lainnya yang belum kami sebutkan. Pande itu kecil, kecil-kecil tapi ada di mana-mana, setiap desa pasti ada saja banjar Pandenya. Bagi sameton yang ingin bersimakrama ke Bangli, bisa kunjungi kami di beberapa wilayah di atas, cukup dengan bertanya, "Sameton Pande deriki ring dija jerone ngih?" Sameton pasti langsung ditunjukkan rumah sameton Pande terdekat.  Ditunggu kunjungannya, terutama yang ingin simpang ke pondok kami di Tamanbali. Kami ada di Banjar Pande, Banjar Sidawa, Banjar Gaga, Banjar Teruna, Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali, Kec./Kab. Bangli. (jul)